Selasa, 05 Januari 2016

ANDAIKATA AKU BISA MEMBERI LEBIH BANYAK LAGI

Seperti yang telah biasa di lakukan salah satu sahabatnya meninggal dunia, maka Rasulullah SAW. Mengantar jenazahnya sampai ke kuburan . dan pada saat pulang di sempatkan nya singgah  untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya bersabar dan tawakal menerima musibah itu.
Kemudian Rasulullah SAW. Bertanya “Tidakkah Almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”. Istrinya almarhum menjawab “saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang menjelang ajal”. “apa yang ia katakan?”.  Istri setia itu menjawab “ suami saya mengatakan “ Andaikata lebih jauh lagi… Andaikata yang masih baru…..Andaikata semuanya …..”, hanya itulah yang saya dengar.  Rasulullah SAW tersenyum “sungguh suamimu itu tidak keliru”.
Kisahnya begini. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk shalat jum’at. Di tengah jalan ia berjumpa dengan orang buts ysng bertujuan sama. Sibuta itu tersaruk­-saruk tidak ada yang menuntunnya. Maka suamimu membimbingnya hingga ke masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas terakhirnya ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu ia pun berkata “Andaikan lebih jauh lagi”. Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih jauh lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.
Ucapan yang kedua, dikatakan nya ketika ia meliahat hasil perbuatanya. Sebab pada hari berikunya , waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sadenagkan cuaca dingin sekali, ditepi jalan ia melihat lelaki tua yang menggigil, kedinginan. Kebetulan suamimu membawa mantel baru selain yang dipakainya. Mala ia mencopot mantelnya yang lama dan di berikan kepadanya. Melihat hasil perbuatanya itu suamimu berkata “ Andaikata yang masih baru kuberikan padanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi.”
Ucapan yang ketiga, “ingatkah kamupada suatu engkau menghidangkan sepotong roti yang dicampur dengan daging. Kemudian datang musafir mengetuk pintu dan meminta makan, suamimu lantas membagi 2 bagian yang sebelah di berikan pada musafir itu. Dengan demikian , pada waktu suamimu akan menghembuskan nafas terakhirnyaia menyaksikan betapa besarnya pahala. Karena itu ia menyesal dan berkata “ kalau tahu begini akhirnya pasti musafir itu tidak hanya kuberi separoh . sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya , sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.”
Begitulah keadila Allah SWT. Pada hakekatnya apabila kita berbuat baik sebetulnya kita juga yang beruntung bukan orang lain. Lantaran segala tindak kita tidak lepas dari penilaian Allah SWT. Sama halnya kita berbuat buruk, akibatnya juga menimpa diri kita sendiri.

“kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu, dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula.”(QS. Al-isra’:7)

0 komentar:

Posting Komentar

 
カーソル・スイッチ